Senin, 14 Oktober 2013

nikmatnya jujur





Izadatul hasanah
 
 



Nikmatnya Jujur
Dalam kultum kali ini, saya pribadi akan mengangkat sebuah tema yang sering kita dengar namun ternyata sulit untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mengenai ‘kejujuran’.
Jujur merupakan sifat yang sudah menjadi fitrah manusia. Tidak perlu belajar, manusia sejak kecil sudah mengenal dan memberlakukan sifat jujur. Hingga tak jarang anak kecil diangggap sebagai manusia yang tidak bisa berbohong. Namun, lambat laun manusia akan mengenal sebuah sifat lawan dari kejujuran, yaitu dusta.
Seorang anak kecil tidak akan berbuat dusta tanpa ada yang mengajarinya. Apabila salah orang terdekatnya, entah orang tua, keluarga, guru, maupun lingkungan sekolah memberi contoh untuk melakukan dusta, lambat  laun anak itu akan mencobanya. Jika hal itu terjadi dan memberikan rasa kepuasan tersendiri bagi si anak, maka dia akan selalu berdusta hingga menjadi sebuah kebutuhan dan kebiasaan. Dia selalu melakukan perbuatan dusta untuk memuaskan hawa nafsunya meskipun bertentangan dengan perasaan/ hati nurani. Anak kecil belum mampu menelaah lebih dalam tentang akibat dusta.
Jika kita memperhatikan kenikmatan berdusta, tidak sebanding dengan akibatnya kelak. Bahkan Rasulullah mengkategorikan orang yang berdusta pada sebagian ciri-ciri orang munafik. Begitu dilaknatnya sifat dusta/ bohong dikarenakan akibatnya yang begitu besar hingga dapat belarut-larut. Sifat dusta akan berjalan sesuai kebiasaan, oleh karena itu sejak dari kecil jangan biarkan anak-anak atau siswa siswi kita mengenal sifat dusta. Jikapun terlanjur mengenal, maka jangan ridhoi berteman dengan sifat dusta itu. biarkan anak/ siswa kita berkarib dengan kejujuran hingga tertanam dalam diri mereka hingga akhir hayat.
Dalam hadits, Rasulullah sangat memperhatikan keutamaan sifat jujur, berikut bunyinya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)
Artinya:
Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidq (kejujuran) itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi  Allah SWT sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih)

Dari hadits tersebut, pentingnya sifat jujur akan membawa kebaikan dan pada akhirnya akan bermuara kepada surga. Begitu pentingnya sifat jujur hingga sebagian ulama menyebutnya sebagai induk/ibu amal kebaikan. Bukan hal yang berlebihan. Oleh karena itu, selamat berbuat jujur dan selalu berhati-hati pada sifat dusta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar